LightBlog

Facebook Fanpage

Adbox

Sang Penguasaku yang Terluka

       Jauh di sana, diperaduan Istana yang megah tinggallah seorang Raja yang dikenal sangat santun dalam berbicara, sangat bijak dalam berfikir, sangat santun dalam berdemokrasi, sengat tegas dalam memimpin dan masih sangat banyak budi pekerti yang patut untuk di contohi oleh generasi muda sekarang ini.
       Awal mula Sang Raja ini memimpin dikarenakan kondisi tatanan bangsa yang kian semrawut oleh sebuah dinamika politik yang selalu gencar meneriakan REFORMASI untuk demokrasi yang baik, akan tetapi apa yang terjadi setelah Reformasi ini?, yang terjadi pada saat itu malah lebih buruk dari yang kita bayangkan. Bangsa kita lebih terdegradasi ke jurang kehancuran, Bangsa kita hampir terbagi dalam negara-negara bagian, dan masih banyak kehancuran-kehancuran Bangsa yang sampai saat ini terjadi yang disebabkan oleh oknum-oknum Reformis tersebut, diantaranya : Munculnya kembali Republik Maluku Selatan (RMS) di Maluku, Tingkat kekerasan yang terjadi di Aceh oleh Gerakan Aceh Merdeka (GAM) bila dibandingkan dengan masa sebelum Bangsa ini di Reformasi, Semakin Menjamurnya praktek-praktek Korupsi baik dari tingkat Desa sampai ke tingkat Nasional, dan yang paling parah adalah Munculnya Teroris yang selalu membuat teror Bangsa ini beberapa waktu yang lalu.
       Karena Eskalasi politik yang terus meningkat, maka terjadilah pergantian pemimpin dari Sang Penguasa Orde Baru ke Penguasa Reformasi. Dalam tahun pada masa reformasi itu terjadi dua kali pergantian Penguasa yaitu dari Eyang Alm. Gus Dur yang di lengserkan sendiri oleh Wakilnya Mba Mega. Ini merupakan sebuah tanda bahwa penggagas Reformasi tidak mampu mambawa Bangsa ini keluar dari jurang degradasi ini, seperti ibarat bermain bola apabila sang pelatih tidak mampu membawa timnya keluar dari jurang degradasi, maka langsung dipecat biarpun baru sebulan dia melatih. Seperti inilah kondisi Penguasa pada saat itu.
       Kondisi inipun berubah total setelah diadakan PEMILU yang sangat demokratis dengan semboyan LUBER dan JURDIL, inilah kali pertama Bangsa ini mengadakan Pemilu yang Penguasanya dipilih Langsung oleh Masyarakat dan diikuti oleh puluhan partai politik.
       Pada pemilu itu semua orang dibuat terperangah dengan munculnya seoarang Jenderal, seorang mantan Menteri yang dipecat oleh atasannya sebagai seoarang Calon Presiden dan menjadi tandingan Mantan Atasannya. Dan ternyata Duel ini dimenangkan oleh Sang Anak Buah Penguasa tersebut. Hal inipun terjadi pada pemilu lima tahun berikutnya. (Sangat Manis)
      Hari-haripun berlalu dan sampai pada saat ini Sang Penguasa kita masih terus membawa Bangsa ini terbebas dari jurang degradasi tersebut, RMS mampu ditumbangkan, GAM mampu diajak kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi, Teroris terus dikejar, para koruptor hingga kini terus diadili, perekonomian kian tumbuh subur dan masih banyak hal-hal positif yang dapat dirasakan oleh kami masyarakat karena jasanya.
       Akan tetapi hal baik tersebut balumlah cukup untuk segelintir orang yang pandai berfikir tapi tak pandai untuk memberi kritikan, saya memberi sebuah kata yang patut untuk didengar oleh para  intelektual Bangsa ini "Anda-anda itu orang yang berpendidikan akan tetapi mengapa memberi kritikan hanya dijalan-jalan?, anda itu bukan pengamen yang menggunakan pengeras suara hanya untuk didengar teriakan/nyanyian anda, Anda itu bukan preman yang setelah berteriak membuat onar, Anda itu orang yang beriman jadi kalau ingin menegur, tegurlah dengan yang santun bukan dengan cara bar-bar seperti itu.
       Kini kita segenap elemen bangsa, jika ingin berdemokrasi secara sehat maka jagalah kebersamaan, kekompakan dan keselarasan dalam berdemokrasi agar bangsa ini selalu menjadi bangsa yang mandiri, bangsa yang harmonis, aman dan sentosa. Janganlah saling menyalahkan, janganlah menjadikan pemimpin kita sebagai biang keselahan dari semua yang terjadi karena apapun yang terjadi merupaka tanggungjawab kita semua, berhentilah mengkritisi hal-hal yang tidak bermanfaat seperti Gurauan Sang Penguasa tentang kenaikan gajinya membuat semua poliTIKUS bangsa ini seperti dibakarn rumahnya sampai-sampai tak pernah henti-hentinya mengkritik hal tersebut, masih banyak yang harus kita perbuat untuk Bangsa ini, jadi mari sambung kembali mata Rantai yang terputus, marilah sama-sama kita Bergotong royong, agar kita tetap berdiri kokoh seperti Pohon Beringin dan kita tetap kuat seperti seekor Banteng agar kita dapat meraih Bintang dilangit dengan (PANCASILA)

Ditulis Oleh : I. Lakuanine, ST
Share on Google Plus

About Laxith Ivania

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 komentar:

Posting Komentar